Pembangunan Embung di Desa Poco Golo Kempo, Mabar Menuai Pro dan Kontra
Labuan Bajo, Floresa.co – Rencana pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, membangun embung di desa Poco Golo Kempo, Kecamatan Sano Nggoang mendapat reaksi pro dan kontra dari masyarakat.
Embung seluas 18 kali 8 meter ini berlokasi di Mata Air Wae Deres dekat areal persawahan Lingko Bajak. Persawahan Lingko Bajak memiliki luas areal 15 hekatare.
Karena mendapat reaksi pro dan kontra dari masyarakat hari ini, Selasa (7/7/2015), pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, aparat desa dan masyarakat pemilik lahan di areal persawahan Lingko Bajak melakukan rapat koordinasi.
Rapat Kordinasi ini dipimpin oleh kepala Desa Poco Golo Kempo Kornelis De Mose. Turut hadir Camat Sano Nggoang,Ismail Sudir;Kepala Badan Lingkungan Hidup, Yance Usman; Kepala Ekonomi, Bernadus Badur dan Kepal Seksi Pengairan Sungai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mabar, Julwikar.
Dalam sesen dialog antara masyarakat Meneriama dam masyarakat yang menolak Pembangunan Embung sangat alot antara masyarakat menerima Bangun Embung Bersama masyarakat menolak Bangun Embung bersepakat untuk turun lasung kelokasi Pembangunan Embung di Lingko Bajak.
Panatauan Floresa.co, rapat yang juga dihadiri masyarakat yang menerima dan menolak rencana pembangunan embung tersebut, berlangsung alot.
Masyarkat bersama tim teknis dari PU kemudian mendatangi langsung lokasi pembangunan embung. Di lokasi tim teknis dari Dinas PU menjelaskan bahwa pembangunan embung ini tidak mengurangi jatah air ke persawahan masyarakat. Sebab, sumber air untuk persawahan berasal dari mata air yang berbeda.
Sumber air untuk embung ini berasal dari mata air Wae Deres. Air embung ini ke depan bisa digunakan untuk kepentingan budidaya ikan, sebagai alternatif pertanian sawah.
Setelah pantau ke lokasi, masyarakat, pemerintah desa dan kabupaten kemudian kembali ke kantor desa untuk kembali berdialog. Namun, tetap saja ada masyarakat yang menolak rencana tersebut.
Dalam dialog tersebut tua golo Lara Mburak, Donatus Dapat mengatakan selaku tua adat ia bersyukur dengan adanya program pemerintah ini.
“Tetapi saya sarankan dengan adanya pro dan kontra pemerintah tolong pertimbangkan dengan baik,”ujar Donatus.
“Saya juga menolak dengan tegas pembangunan ebung di Lingko Bajak. Harapan saya pemerintah kabupaten untuk dipertimbangkan dengan baik dan meminta kepada Lingkungan Hidup agar perkerjaan ini dihentikan untuk sementara sambil menunggu keputusan Bupati Manggarai Barat,”tambahnya.
Ia menambahkan di lokasi pembangunan embun ini rawan terjadi longsor. “Ketakutan saya kalau embung ini sudah dikerjakan dan sudah menampung air maka kemungkinan besar akan mengalami longsor,”ujar Donatus.
Donatus mengatakan sebelumnya tidak ada sosialisasi terkait rencana pembangunan embung ini kepada masyarakat pemilik areal persawahan Lingko Bajak. “Kalau pernah melakukan soalisasi pasti ada yang melakukan penolakan sejak awal,”ujarnya.
Bernadus Baruk memiliki pendatap lain. Warga yang juga memiliki lahan di persawahan Lingko Bajak ini mengatakan bersyukur atas adanya program pembangunan embung ini karena memberikan alternatif mata pencaharian bagi masyarakat.
Bernadus mengatakan keberadaan embung itu tidak menganggu pasokan air bagi persawahan Lingko Bajak.
“Dengan adanya embung di desa Poco Golo Kempo ini masyarakat di sekitarnya selain kerja sawah bisa juga kerja sayur sayuran,perikanan,peternakan dan intinya tidak menggangu air untuk persawahan,”ujar Bernardus.
Kepala Desa Poco Golo Kempo Kornelis De Mose mengatakan rapat kordinasi ini belum menghasilkan keputusan final. “Saya serahkan masalah ini ke instansi teknis yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Manggarai Barat,”ujarnya. (Sirilus Ladur/PTD/Floresa)
Bagikan artikel ini:Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin